Minggu, 08 Agustus 2010

Metode Pengajaran Bahasa Inggris Genki

Bahasa Inggris tidak asing lagi bagi anak-anak kita, kita menginginkan generasi kita tumbuh dengan kemampuan Bahasa Inggris sebagai bekal kompetensi dan alat komunikasi global. Berbagai cara dan metode terobosan pembelajaran Bahasa Inggris digunakan untuk bisa menghadirkan cara efektif dan cepat dalam penguasaan Bahasa Inggris.

Namun hasil yang didapat masih cenderung sama konvesional-nya dengan metode yang digunakan. Termasuk model pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah yang kebanyakan hanya diupayakan untuk mencapai ketuntasan target kurikulum dan Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Tidak banyak yang mau dan mampu mencari akar masalah dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris yang efektif.

Metode pembelajaran dan bahan ajar yang kurang memadai sering menjadi persoalan serius yang dihadapi guru dalam pembelajaran Bahasa Inggris, padahal sebagai bahasa asing, Bahasa Inggris tidak hanya cukup dituntaskan dengan capaian nilai yang bagus, tetapi juga dengan kemampuan dasar berbahasa, yaitu; listening, reading, speaking, dan writing.

Diperlukan metode pembelajaran alternatif yang kreatif, komunikatif, aplikatif, aktif dan menyenangkan. Karena hanya dengan itu siswa didik akan mampu dengan mudah menyerap materi yang diberikan dan hasil yang didapat adalah siswa didik mampu menguasai Bahasa Inggris tanpa merasa terbebani.

Genki English berarti Fun, bergembira dalam bahasa jepang. Sebuah metode untuk membuat siswa didik mampu berbicara Inggris dengan sangat cepat. Bukan tentang text book Bahasa Inggris yang membosankan atau tentang grammar yang menakutkan, tetapi ini tentang bagaimana membuat siswa didik menjadi antusias untuk mendapatkan rasa percaya diri serta motivasi tinggi untuk dapat berbicara dengan anak-anak dari negara lain dari seluruh penjuru dunia.

Ada banyak cara yang berbeda dalam menggunakan Genki English, yang paling efektif adalah dengan menggunakan lagu (nursery rhyme) untuk belajar Bahasa Inggris, permainan (game) untuk mempraktikkannya dan menggunakannya dalam keseharian. Masa keemasan belajar bahasa bagi anak-anak yang ada sangatlah singkat, yakni usia 5-13 tahun, sehingga pembelajaran harus berlangsung menyenangkan dan efektif. Itu adalah Genki English.

Jumat, 07 Mei 2010

Lebih enak siswa berlipstik

Nggak nyangka ternyata cukup lama juga ngga' otak atik blog ini......setelah beberapa tahun berkecimpung di dunia SMK sekarang harus putar haluan untuk menekuni pendidikan di usia dini...berat juga ternyata, nggak semudah yang di bayangkan banyak orang bahwa ngajar TK lebih mudah dibanding ngajar anak anak yang sudah beranjak gede....

bukan masalah mudah tidaknya materi yang diajarkan tapi mampu tidaknya kita melakukan pendekatan (Student approachement) pada siswa seusia dibawah 5 tahun..... kalau boleh memilih ternyata lebih mudah mengajarkan sesuatu pada siswa yang uda bisa pakai lipstik....jiah ha ha ha ha....


Salut untuk guru guru PAUD sedunia.....
Jangan remehkan para guru PAUD, bisa jadi pendidikan mereka tidak setinggi para pengajar kelas remaja atau diatasnya...tapi keuletan mereka dalam menghadapi siswa jangan peernah diragukan. Dengan tingkat kesulitan seperti itu kenapa ya masih banyak yang meremehkan mereka...????? padahal belum tentu semua guru dapat melakukan apa yang telah mereka kerjakan.......

Senin, 14 Juli 2008

Pendidikan Modern Vs Pendikan Tradisional

Pendidikan Tradisional :

  • Guru berbicara murid menyimak
  • One man show dimana guru menjadi satu-satunya pelaku pendidikan
  • Tatanan bangku berurut
  • Masih diberlakukan bentuk hukuman fisik bagi siswa yang tidak taat
Pendidikan Modern :
  • Guru sebagai fasilitator
  • Peserta didik juga pelaku pendidikan
  • Memanfaatkan perkembangan media pembelajaran
  • Tidak melakukan hukuman fisik
  • Tempat pembelajaran bisa dimana saja

Dari dua hal diatas yang mana perbedaanya sangatlah jauh, dimana pendidikan modern mungkin saat ini menjadi pilihan bagi sekolah-sekolah yang ada namun hasil dari kedua bentuk pembelajaran itu juga memiliki perbandingan yang juga tidak kalah jauhnya dari perbedaan diatas.

Dalam system pendidikan tradisional yang kini sudah sangat jarang digunakan lebih banyak menekankan nilai nilai moral dan tatanan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sehingga lulusan yang dihasilkan bisa dikatakan bisa lebih mapan dan diterima di tengah tengah masyarakat.

Saya sangat prihatin melihat hasil lulusan yang sekarang, sangatlah berbeda dengan lulusan lulus yang jauh diatas saya. Banyak kita temukan saat ini bahwa siswa tingkat XI tidak memahami pancasila dan UUD 45. Jangankan faham hafal saja tidak. Bahkan tidak jarang mereka juga tidak tau lagu Indonesia raya.

Bagi sebagian orang mungkin hal ini bukanlah hal yang penting, tapi disinilah tolak ukur yang bisa dilihat oleh kasat mata bahwa pendidikan modern tetap harus didampingi oleh sytem tradisional.

Saya masih ingat betul bahwa setiap akan melakukan ujian dimanapun bahkan saat akan memasuki dunia kerja, saya dan teman teman selalu mendatangi rumah guru guru kami semasa TK hingga guru-guru kami saat duduk di bangku SMA untuk meminta restu beliau beliau, dan hal yang sama dilakukan oleh senior-senior kami meski saat ini sudah banyak yang berkeluarga.

Hal yang demikian sudah jarang sekali saya temukan. Setelah lulus ya sudah.....bahkan ada sebagian siswa yang menyebut guru - gurunya dengan sebutan "BEKAS GURUKU" hal yang sangat menyakitkan untuk didengar.

System pendidikan yang bagaimanakah yang harus kita terapkan di dunia pendidikan kita dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Kalau saya pribadi adalah menggabungkan keduanya, dan berusaha menjadi seorang guru yang disegani bukan ditakuti.

Guru : Digugu Malah Turu

Hari ini saya membaca sebuah artikel yang cukup menarik untuk dikaji dan dipahami, dalam artikel yang ditulis oleh Laila Nurhayati dengan judul "Tak semua Bisa Menjadi Guru" yang dipublikasikan oleh harian Surya hari ini membuat saya tertarik untuk memberikan komentar dan memperjelas makna dari profesi seorang Guru.

Begitu berat tanggung jawab seorang guru, sehingga keliru jika dikatakan semua orang bisa menjadi guru (Laila N.H)

Menjadi seorang guru merupakan satu pilihan jalan hidup yang tidak bisa diremehkan. Dimana guru tidak hanya harus pandai dalam menyampaikan materi, namun disisi lain guru harus bisa menjadi panutan bagi anak didiknya, di gugu lan ditiru bukan digugu malah turu.

Seperti halnya yang pernah saya tulis dalam artikel saya sebelumnya bahwa profesi guru bukanlah profesi yang bisa dijadikan pekerjaan sampingan, karna kita berbicara tentang produk manusia dimana akan menentukan nasib seseorang dimasa yang akan datang.

Guru memang bukanlah satu sosok terpintar bagi anak didiknya tapi guru memang dituntut untuk serba bisa terutama dalam hal mengarahkan anak didiknya untuk mencapai tujuan dari pendidikan.

Sekali kita menggunakan jubah guru maka selamanya jubah itu akan melekat dalam diri kita, dimanapun kita berada, masyarakat tetap akan menyebut kita sebagai seorang guru bahkan saat kita tidak mengajar lagi sekalipun. Untuk itu sangat disayangkan bila ada seorang guru yang hanya berfikir bahwa dirinya seorang guru saat berada disekolah saja, bahkan tidak jarang kita mendengar kasus-kasus tindak kriminal, pelecehan seksual dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seorang guru. Hal ini sangat bertentangan dengan kaedah kaedah seorang guru yang memang tidak ada dalam undang undang tertulis tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang guru.

Mengapa hal ini masih saja sering terjadi dalam negri kita tercinta..? tidak lebih karna pemahaman tentang guru hanya sebatas sebuah profesi untuk menyambung hidup.



Minggu, 13 Juli 2008

Rantai Berkarat

Kembali tentang mata rantai dari system pendidikan yang kini mulai berkarat. Antara dunia pendidikan dan dunia kerja haruslah saling mendukung. Bahkan pemerintah sendiri sudah memberikan warning akan hal itu pada perusahaan-perusahaan.

Tapi kenyataan yang ada, tidak banyak kalangan pengusaha yang memahami tentang hal ini, dimana masih ada saja sebuah lembaga pendidikan merasa kesulitan untuk menitipkan putra putrinya untuk mendapatkan tempat kerja magang di perusahaan.
Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan hal ini terjadi, yakni diantaranya adalah kurangnya penguasaan materi oleh siswa sehingga pihak perusahaan merasa berat untuk menerima siswa yang bersangkutan. Namun dilain sisi perusahaanpun jarang yang turun kelapangan untuk datang ke pihak sekolah guna memaparkan kebutuhan perusahaan di masa yang akan datang.

Kalau saya sendiri berada di pihak perusahaan, mungkin saya juga akan berpikir dua kali untuk menerima siswa yang kurang memenuhi dari sandart perusahaan, karena bagaimanapun juga tujuan perusahaan adalah mencapi profit, tapi apakah hanya sebatas itu. Berapa besar sih kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan bila menerima siswa yang kurang memenuhi standart perusahaan..????

Yang jadi beban pikiran saya saat ini adalah bagaimana caranya mengupayakan agar perusahaan -perusahaan yang ada benar-benar mau memahami makna dari link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Coba bayangkan betapa sempurnanya system pendidikan di negri kita bila ada keharmonisan antara pihak sekolah dan dunia pendidikan. Belum banyak sekolah sekolah yang memberikan mata pelajaran pesanan dari sebuah perusahaan yang ada.
Dan belum banyak pula perusahaan-perusahaan yang menitipkan program kerjanya pada sekolah-sekolah. Ikatan dinaspun saat ini hanya sebatas diberikan untuk lulusan setingkat sarjana, itupun bisa dihitung jari. Bagaimana dengan lulusan SMK...?????? yang nota bene sejak awal orang tua mereka menitipkan putra-putrinya di SMK dengan tujuan untuk bisa segera masuk dalam dunia kerja tanpa harus melalui bangku kuliah.

Rabu, 09 Juli 2008

Antara Guru dan Orang Tua

Masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur, paling panjang dan paling dominan bagi seorang pendidik untuk menanamkan norma norma yang mapan dan arahan yang bersih ke dalam jiwa untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.

Apabila masa ini dimanfaatkan dengan baik dan maksimal oleh para pendidik tentulah harapan yang besar untuk suatu keberhasilan dapat tercapai, sehingga kelak sang anak akan tumbuh menjadi seorang pemuda yang tangguh dalam menghadapi tantangan, jujur, beriman dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.

Mendidik anak dan mengajar anak bukanlah hal yang mudah, bukanlah suatu pekerjaan yang dapat dilakukan serampangan dan bukan pula suatu pekerjaan sampingan. Mendidik dan mengajar anak sama kedudukannya dengan sebuah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi atau dijalankan oleh setiap orang tua. Terlebih lebih bagi mereka yang mengaku dirinya adalah seorang muslim.

Dalam Ihya'Ulumuddin yang ditulis oleh Al-Ghazali telah disebutkan : " Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari lainnya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika dia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang paling bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa".

Kewajiban mendidik anak tidak hanya merupakan tugas dari seorang guru, dimana hanya dilakukan di sebuah lembaga pendidikan. Antara guru dan orang tua adalah sebuah mata rantai yang tidak bisa dipisahkan dalam mendidik anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan adalah faktor yang sangat dominan dalam perkembangan anak untuk mencapai suatu keberhasilan. Untuk itu harus disadari bahwa bila ada anak didik yang mengalami kegagalan dalam akedemisnya tidaklah semata mata merupakan kesalahan dari guru yang bersangkutan namun hendaklah bercermin kembali kepada bagaimana kita mendidik anak saat berada di ligkungan rumah atau keluarga.

Selasa, 08 Juli 2008

Apakah Cara Berpikir Guru Berpengaruh dalam Keberhasilan Siswa ?

Fakta

  • Kualitas mengajar adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas pembelajaran siswa
  • Cara berpikir guru tidak dapat dinilai, diukur atau di standarkan
  • Guru biasanya menggambarkan kegiatan mereka dengan berbagai metafora

Metafora ini membingkai secara tidak sadar tingkah laku dan persepsi guru, guru bertingkah laku sesuai dengan nilai - nilai dan keyakinan akan kebenaran dalam mendidik anak.

Semua orang berpikir, guru juga berpikir. Berpikir adalah hal yang ilmiah, tapi banyak cara berpikir yang biasa, menyimpang, parsial atau penuh dengan prasangka. Kualitas berpikir menentukan kualitas kehidupan dan apapun yang akan dihasilkan.

Pengamatan

Sikap guru untuk anak usia dini (dilihat dari tingkat konflik, ketergantungan siswa pada guru dan kehangatan guru) akan berpengaruh pada prestasi akademis dan perilaku siswa sampai kelas XIII. Semakin berkualitas guru semakin tinggi prestasi siswa.

Profil Guru Ahli
  • Komit terhadap siswanya
  • Mengakomodir berbagai tingkat kemampuan dan tantangan dari siswa (perbedaan latar belakang sosial, budaya serta kebutuhan) Guru harus menguasai pembelajaran dan cara siswa berpikir sehingga dapat memberi banyak contoh ketika siswa bingung.
  • Guru harus pandai membuat konsep abstrak menjadi konkrit, nyata dan mudah dipahami oleh siswa sepanjang pembelajaran, guru melakukan navigasi materi pembelajaran dan dalam waktu yang sama memenuhi kebutuhan emosional siswa, membangun harga diri / kepercayaan dan mendorong tumbuhnya tanggung jawab.
  • Merencanakan pembelajaran dengan hati-hati, melatih prosedur dasar dan rutinitas untuk hidup dan belajar di kelas
Ketrampilan dan Kemampuan Guru Ahli
  • Memahami atau menguasai materi pembelajaran
  • Memahami strategi pengajaran yang dapat diterapkan di semua mata pelajaran (manejemen kelas, pembelajaran efektif dan evaluasi)
  • Memahami karakteristik dan latar belakang budaya siswa
  • Tahu tujuan dan alasan mengajar

Kamis, 03 Juli 2008

PIKIREN DEWE

Tahun ajaran baru 2008/2009 telah dibuka.......masyarakat mulai berbondong bondong mendaftarkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sekolah favorit jadi target utama. Yang baru pada luluspun juga mulai bingung mau nerusin kemana.....Kuliah ,kerja , atau malah nganggur.......

Makin banyak aja nich jumlah pengangguran di indonesia, tahun 2003 saja sudah mencapai 11,35 juta dari total populasi 241.973.879 jiwa itu juga yang terditeksi, dan dinominasi dari kaum muda.

Setiap tahun angka itu terus bertambah......agaknya dunia pendidikan harus semakin jeli mengatasi hal ini.

Memperbanyak sekolah kejuruan salah satu langkah tepat yang sudah dilakukan pemerintah, KTSP sebagai pendukungnya juga hal yang bagus untuk diterapkan.....tinggal sekolah masing masing aja yang musti pinter-pinter mengatur strategi pembelajaran untuk pembekalan siswa saat lulus nanti......nah nich dia yang belum banyak di lakukan sekolah sekolah yang ada. Sehingga ngga' jarang lulusan yang masih bingung musti melanjutkan langkahnya kemana....?

Saat ini arahan untuk menjadi pegawai baik swasta ataupun negeri sudah ngga' layak lagi.....kenapa....peluang yang ada tidak sebanding dengan banyaknya pencari kerja, menjadi pegawai tidak selamanya akan menjadikankan para lulusan mendapatkan masa depan yang baik, sejauh ini masih banyak yang mencetak lulusannya sebagai calon-calon robot dari perusahaan, kenapa ngga' mencoba untuk berwirausaha aja.....menciptakan peluang kerja sendiri. Bukankah itu salah satu tujuan di perbanyaknya sekolah kejuruan.....?

Ada hal ganjil yang telah dilakukan oleh pemerintah, SMK di perbanyak tapi format ujian nasional tidak ada perubahan.......hari gini sek mikir UN, ngga' usum........kapan ya pemerintah sadar bahwa UN tidak menghasilkan apa apa untuk perkembangan pendidikan di negri ini. Justru malah menghambat.......terutama untuk anak anak SMK.

Senin, 14 Januari 2008

Bopo Guru

Ngomongin tentang pendidikan ngga' bakal lepas dari yang namanya guru. Beliau adalah kunci dari keberhasilan anak didik. System pendidikan hanya merupakan alat pembelajaran.

Kalau boleh membandingkan Guru tempoe doeloe dan Guru di jaman ini....perbedaanya jauuuuh buanget....Guru-guru senior sekarang da tua-tua :) he he...ya iyalah.... Tapi jangan salah....hasil godokan guru guru lama jauh banget outputnya dibanding dengan yang sekarang. Bukan hanya dilihat dari faktor keilmuanya aja.....tapi tata krama dan mental kerja yang paling diutamakan.

Kalau dipikir-pikir, Guru-guru lulusan sekarang ngga' kalah pinter ama para seniornya....S1, S2, S3 gitu logh..... tapi kenapa ya output yang dihasilkan ama Guru-guru sekarang beda banget.......?????

Ilmu boleh lebih tinggi bung.....pemahaman tentang teknologi boleh lah dibilang lebih unggul.... Title boleh lebih panjang....tapi.....Keiklhasan...tolong dipikirkan lagi.... :)

Pengaruh ngga' sih urusan ikhlas dalam pengajaran....? Banget......
Gimana anak-anak didik kita bisa pinter kalau di kepala Gurunya cuman duit dan duit. Dan sangat mengenaskan kalau sampai ada Guru yang demo karna gajinya ngga' cukup.....

Kalau uda tau gaji Guru pas pasan ya jangan jadi guru..... :)

Nah ini dia mungkin masalahnya.....Guru akhirnya jadi pekerjaan alternatif kedua saat nganggur... daripada nganggur...jadi Guru aja ahhhh :(....kasiaaaan deh loe....yang lebih kasian ya yang di didik.

Monggo....para guru-guru muda di jagat raya....mari kita berpikir kembali untuk itu....mari, mari, mari............... :)

Selasa, 08 Januari 2008

Proyek Sakit Hati Nasional

ngga' lama lagi ujian akhir sudah mulai lagi......setiap sekolah udah mulai disibukkan ama persiapan ujian nasional, siswapun mulai kelabakan....para guru mulai resah karna saat yang akan menentukan masa depan anak bangsa akan segera terdengar genderang perangnya.

Bagaimana dengan para pejabat pendidikan yang ada di pusat ataupun di daerah, apakah mereka juga sudah siap meluncurkan trik baru untuk itu...?

Kebijakan kelulusan telah dijalankan bertahun - tahun oleh pusat....yang notabene ngga' pernah tau kondisi sebenarnya akan siswa dan kompetensinya.

Guru yang mendampingi selama tiga tahun tidak memiliki hak apapun akan masa depan anak didiknya.... :(

Dengan alasan standarisasi kelulusan nasional, maka terciptalah system persamaan di negri ini....jangan lupa boss....kemampuan anak didik di negri ini ngga' sama....kompetensi gurupun ngga' sama....bantuan yang di luncurkan pemerintah juga ngga' sama....kondisi ekonomi disetiap pelosok juga ngga' sama.

Hasil kerja selama 3 tahun hanya ditentukan dalam beberapa hari......apa iya UNAS diadakan untuk STANDART NASIONAL.....ATAU UNTUK MENGHABISKAN DANA NASIONAL...?